Cari Blog Ini

Sabtu, 15 November 2014

MAKALAH STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN


MAKALAH
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran
Yang dibimbing oleh Bapak Dr.Agus Wedi,M.Pd.
 









Disusun Oleh

BENI
Kelas matematika 2012 D
No absen 11
NPM 2121000210185








JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU EKSAKTA dan KEOLAHRAGAAN
JUNI 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta Salam tidak lupa kami ucapkanm kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa perubahan kepada kehidupan manusia menuju arah yang lebih baik. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami sajikan tidak luput dari kesalahan, maka dari penulis minta maaf yang sebenar-benarnya. Mungkin di lain kesempatan penulis bisa memberikan yang lebih baik lagi.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.














    Malang, Juni 2013        

                                                                                                                  penulis                                       
i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
DAFTAR ISI  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang             . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
B.     Rumusan Masalah               . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .1
C.     Tujuan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .1
D.    Manfaat  . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . .. .  .  .1
BAB II PEMBAHASAN
A.    STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN. . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . 2
A.a).  Kondisi Pembelajaran. . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . . . . . ..2
A.b). Metode pembelajaran . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . .2
A.c). Hasil Pembelajaran . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . .3
B.     JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN. . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . ..4
B.a) Definisi Model Pembelajaran. . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . .4
B.b) Jenis-jenis Model Pembelajaran. . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . .4
C.     PENERAPAN STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
C.a) Model Dialog Socrates . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . 12
C.b) Model Jigsaw . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
C.c) Model Sosiodrama / Bermain . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . . . . . 16
C.d) Model Numbered Heads Together . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   . . . . . 16
C.e) Model Think Pair Share Teknik Belajar Mengajar Berpikir-Berpasangan- berempat . . .  .16
C.f) Model Pembelajaran Berbasis Masalah – Masalah . . . . .   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
B.     Saran  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . .. . . . 22
C.     Daftar pustaka  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . .23











ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru dituntut mampu menguasai dan memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Menghadapi tugas tersebut guru tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan guru sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka guru akan banyak mandapatkan kesulitan. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar guru harus memahami garis besar strategi pembelajaran, termasuk mata pelajaran IPS. Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan bagi guru dalam melaksanakantugas akademik.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah Strategi Dan Model Pembelajaran.
Dalam pembuatan makalah ini ada banyak sekali masalah yang bisa diangkat menjadi bahan-bahan dalam makalah ini, yang rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana Strategi dalam proses pembelajaran?
2.      Apa saja jenis-jenis model pembelajaran?
3.      Bagaimana penerapan strategi dan model pembelajaran?

C.   Tujuan
1.      Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran.
2.     Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam proses pembelajaran.
3.      Mengetahui jenis-jenis model pembelajaran.
4.      Untuk memahami penerapan strategi dan model pembelajaran.
D. Manfaat
Makalah ini sangat bermanfaat bagi seorang Guru dan calon Pendidik yang sedang atau akan mengajar, sehingga pendidik akan mengetahui strategi dan model pembelajaran.
Guru diharapkan dapat membimbing peserta didik, dengan memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yangdapat mengembangkan potensi siswa melalui mata-mata pelajaran yang relevan.





1

BAB II
PEMBAHASAN
A.     SRATEGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Strategi Pembelajaran berkenaan dengan bagaimana menyajikan bahan keilmuan kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Istilah yang digunakan oleh para ahli menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran berbeda-beda dengan substansi yang hampir sama antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Pendekatan juga diartikan sebagai sebuah model pembelajaran. Begitu juga dengan pengertian strategi pembelajaran, akan selalu terkait erat dengan metode pembelajaran itu sendiri. Hal ini karena dua pemahaman itu berusaha untuk mencari fokus menjadi titik perhatian para ilmuwan dalam mengklasifikasi variabel-variabel pembelajaran, yang dimodifikasi menjadi tiga hal, yaitu:

a.      Kondisi pembelajaran
Kondisi Pembelajaran yaitu variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada diluar kontrol pembelajaran. Kondisi Pembelajaran Kondisi pembelajaran yaitu variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada diluar kontrol pembelajaran.
Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi variabel-variabel pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga variabel metode yang telah di deskripsikan diatas. Karena itu pengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu:
ü  Tujuan dan karakteristik bidang studi;
Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus, atau dimana saja dalam kontinum umum khusus.
ü  Kendala dan karakteristik bidang studi;
Aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala: Keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.
ü  Karakteristik si belajar;
Aspek-aspek atau kualitas perseorangan si belajar seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
ü  Tujuan dan karakteristik bidang studi;
Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus, atau dimana saja dalam kontinum umum khusus.
ü  Kendala dan karakteristik bidang studi;
Aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala:Keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan uang.


ü  ) Karakteristik si belajar;
 Aspek-aspek atau kualitas perseorangan si belajar    seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.

b.      Metode pembelajaran
Cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Metode PembelajaranVariabel metode pembelajaran diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:


2
ü  Strategi pengorganisasian (organizational strategy);
Organizational strategy adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran.
Mengorganisasi pengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi,penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi ini berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (apakah itu konsep, prosedur, atau prinsip) yang saling berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mengacu kepada penetapan konsep-konsep, atau prosedur-prosedur, atau prinsip-prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis, mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan keterkaitan diantara konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip- prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur, atau prinsip serta kaitan-kaitan yang sudah diajarkan.
ü  Strategi penyampaian (delivery strategy);
Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada si belajar dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari si belajar. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strateginya. Strategi penyampaian pembelajaran Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses itu meliputi pemanfaatan media pembelajaran, interak siswa dengan media (interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan media itu sendiri), dan bentuk belajar (klasikan, kelompok, dan individual).

ü  Strategi pengelolaan (management strategy).
Management strategy adalah metode untuk menata interaksi si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya – variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga klasifikasi penting dalam variabel pengelolaan, yaitu:  penjadwalan strategi, catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
c.       Hasil pembelajaran
Semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Seperti halnya variabel kondisi dan metode pembelajaran, variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasi dengan cara yang sama. Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:
ü  Keefektifan (effectiveness);
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran,yaitu:
§  kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau juga sering disebut dengan tingkat kesalahan
§  kecepatan unjuk kerja,
§  tingkat alih belajar, dan
tingkat retensi dari apa yangdipelajari.
ü   Efeisiensi (efficiency);
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap/terus belajar.                                                                3
ü  Daya tarik (appeal)
Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.

B.      JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN
a)      Definisi Model PembelajaranWinataputra dalam  Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
b)      Jenis-jenis Model Pembelajaran
Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari:
1.       Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 - 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.       Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu;
a)      modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
b)      questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
c)       learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
d)      inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
e)      constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
f)       reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
g)      authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

4
3.       Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4.       Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5.       Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
6.       Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7.       Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8.       Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
9.       Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan                                5       menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
10.   Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11.   Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12.   SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13.   TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a.       Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b.      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c.       Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d.      Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi,                            6
 siswa superior dalam  kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e.      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

14.   VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15.   AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16.   TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17.   STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18.   NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19.   Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20.   TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21.   GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil           7
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22.   MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.
23.   CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24.   TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25.   TS-TS (Two Stay - Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26.   CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27.   SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.
28.   SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29.    MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep.
30.   KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
31.   CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan                                                                                                                                                                                                                                  8
penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32.   DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33.   DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34.   CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif -kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35.   IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.
36.   Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37.    Artikulasi
Artikulasi adlah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38.   Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
39.   Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan kesimpulan dan refleksi.                      9
40.   Talking Stick
Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41.   Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.
42.   Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43.   Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44.   Demostration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45.   Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46.   Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47.   Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48.    Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49.   Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50.   Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
10
51.   Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52.   Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53.   LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54.   Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55.   Generatif
Basis generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi, dan refleksi
56.   Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57.   Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks: sisapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
58.   Concept Sentence
 Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59.   Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60.   Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61.   Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

11
62.   Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.
63.   Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urutan ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64.   Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.
65.   Quantum
 Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

C.     PENERAPAN STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN
a)     Model Dialog Socrates
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untukmencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona,karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya. Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail. Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia padadasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu". Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yangbijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Iajuga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenaikeseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metodeilmu pengetahuan.
Mengapa Jalan ala Socrates yang Ditempuh?
a.      Semua orang memiliki dunia kehidupannya. Dunia kehidupan ini belum tentu telah dijalani dengan baik sehingga menghasilkan kebahagiaan yang tulus. Bisa saja dunia kehidupan itu dilakukan dengan terpaksa atau menuruti kebiasaan orang kebanyakan. Dengan merunut pada kebiasaan awam semisal itu, bisa dipastikan tidak dapat menghasilkan kebahagiaan. Inti dialog adalah melahirkan kesadaran hidup baik dari diri sendiri dan kawan bicara. Bagaimana orang harus hidup merupakan urusan semua orang, karena itu dialog dengan tujuan hidup baik penting bagi siapapun.                                                              12
b.      Semua orang memiliki kegelisahan akan kehidupan yang terus-menerus dibayangi kegelisahan atau ketidakpuasan. Namun ketidakpuasan ini jarang terungkap, seringkali kita menganggapnya sebagai gejala kejiwaan yang biasa-biasa saja. Jadi tak pernah dipersoalkan. Lama kelamaan ketidakpuasan itu terus menumpuk dan menghasilkan kesadaran palsu, kita jadi teramat pemarah tanpa alasan yang jelas atau menjadi sangat pemalas. Kita jadi pemarah karena ketidakpuasan yang telah menumpuk itu tak menemukan cara pembebasannya, ia terkurung dan ingin diekspresikan. Namun sekian lama tidak dibahasakan membuat kesadaran itu menjadi sulit dipahami. Pada saat itu yang muncul adalah emosi-emosi yang tak juntrung sebabnya. Demikianpun dengan rasa malas, biasanya rasa malas bermula dari keputusasaan: karena hidup selalu tidak memuaskan maka tak perlu lagi ada usaha. Dialog model Socrates merupakan pembebasan.
c.       . Semua orang memiliki pertanyaan terhadap dunia kehidupannya. Juga memiliki sejumlah gagasan dan impian mengenai bagaimana cara hidup yang bahagia. Metode Socrates membutuhkan kejujuran terhadap apa yang dialami, dipikirkan dan dilakukan untuk dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan rumusan-rumusan sederhana. Metode Socrates tidak membutuhkan pertanyaan yang ruwet atau jawaban yang ilmiah. Pertanyaan/jawaban yang baik adalah pertanyaan/jawaban yang berasal dari pengalaman kehidupan. Pertanyaan/jawaban yang berdasar teori merupakan kebiasaan kaum sofis, ini ditentang oleh Socrates.

Bagaimana Cara Melakukan Dialog a la Socrates?
Untuk kepentingan MADRASAH FALSAFAH buku karya Christopher Philips, yang berjudul Socrates Café, dapat dijadikan rujukan utama. Christopher Philips mengajak kita semua untuk mengaplikasikan kembali metode Socrates dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai metode ini Philips menuliskan:
a)      Metode Socrates bisa disebut sebgai metode elenchus, artinya penyelidikan atau uji silang. Melalui penyelidikan seseorang secara jujur memeriksa kesadaran yang dimilikinya dan melihat konskeunsi yang dihasilkan dari kesadaran itu. Jika ternyata konsekuensinya mengarah pada ketidakbahagiaan, keyakinan itu harus dirumuskan kembali.
b)      Dialog Socrates meminta kita untuk secara rela memeriksa seluruh kebenaran yang selama ini kita yakini, juga segala hal-hal yang selama ini dianggap remeh.
c)      Dialog Socrates menegaskan bahwa kearifan tidak bisa dilakukan sendirian. Dibutuhkan kawan dialog (bukan lawan) untuk setiap pencarian kebahagiaan. Kawan dialog ini secara kritis terus memberikan pandangan lain dari dalam dirinya. Pandangan lain itu bisa berbentuk hipotesis, keyakinan, dugaan atau teori-teori yang ditawarkan kawan dialog; kesemuanya menjadi cermin bagi seluruh keyakinan kita. Seluruh ketidaksetujuan dan penentangan merupakan cermin yang sangat dibutuhkan agar kita bisa berkaca dan menemukan cacat dari kesadaran yang selama ini dianggap telah sempurna.
d)      Untuk bisa mencapai dialog model Socrates dibutuhkan kejujuran dari semua peserta dialog. Melalui kejujuran orang akan sering memeriksa keyakinannya sendiri, karena kejujuran akan mengatakan bahwa “saya tahu bahwa saya tak tahu” atau “saya sadar bahwa keyakinanku bisa salah kaprah”.
      berdialog dengan rendah hati; kita bisa menerima dengan tulus apa pun yang dikemukakan orang lain walaupun berbeda atau bertentangan dengan kepercayaan kita sendiri.
ü  Socratesisasi Kelompok
                      ·          Buatlah kelompok dialog, yang secara sukarela mau mengobrolkan persoalan- persoalan keseharian dan keyakinan secara terbuka.
                      ·           Mulailah dengan tema-tema sederhana, misalnya tentang rumah, pacaran, kerja, tetangga, belajar, metode pembelajaran dll.
                      ·           Buatlah dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa maksudnya? Siapa yang setuju dan siapa yang menentang hal itu? Adakah cara-cara lain untuk memikirkannya, yang lebih masuk akal dan lebih dapat untuk terus dipertanggungjawabkan? Seluruh pertanyaan diupayakan untuk terus-menerus menggali konsekuensi-konsekuensi gagasan tertentu dan kemudian menawarkan alternatif dan keberatan yang menantang.
                      ·          Seluruh sanggahan, rumusan, pertanyaan, dan komentar peserta dialog sangat berharga. Jadi tak ada satupun yang dianggap remeh, semuanya berharga bagi perbaikan kesadaran masing-masing peserta dialog.                                                                                                                                             13
                      ·          Jika dialog tersebut tidak menyentuh kesadaran kita, tidak menyusahkan secara mental dan spiritual tidak menantang dan membingungkan dengan cara yang indah dan menggairahkan, dialog tersebut bukanlah dialog Socrates.
ü  Socratesisasi Individual
§  Jika tidak bisa memiliki kelompok, mulailah menyiapkan mental untuk selalu membuka diri terhadap pelbagai macam pengalaman orang lain. Bisa dilakukan dengan cara berdialog langsung dengan orang-orang di sekitar kita, atau dengan membaca buku, menikmati karya seni dan lainnya.
Pengalaman orang lain (siapapun dia, apapun derajat sosialnya, apapun agamanya) dianggap sebagai cara pandang alternatif yang bisa jadi berguna bagi perbaikan kesadaran kita. Hanya saja, agar kita tidak mudah terpengaruh oleh berbagai
 pandangan yang berbeda kita harus terus-menerus kritis. Kita harus menanyakan alasan apa yang mendukung atau menentang masing-masing pandangan yang berbeda itu.
Socratisasi secara individual sebenarnya lebih susah, namun bukan tak mungkin dilakukan. Salah satu sebabnya adalah kita harus terlebih dahulu memeriksa kesadaran-kesadaran yang selama ini diyakini, lalu memilih salah satunya untuk diperbincangkan dengan pengalaman orang lain.
Berbeda jika dalam kelompok, kita bisa mendapatkan bahan pembicaraan dari peserta dialog, bahan-bahan yang semua dianggap remeh tetapi kemudian bisadari sebagai hal yang penting untuk diperiksa kembali. Untuk mengatasi kesulitan itu, lakukanlah dialog secara santai (tidak memaksakan tema yang telah disediakan). Biarkanlah arah dialog melaju ke wilayah yang tak terduga, asalkan menghasilkan kesadaran baru.
Kejujuran, keterbukaan, berpikir rasional dan daya imajinasi sangat dibutuhkan dalam seluruh proses dialog. Kejujuran dan keterbukaan mengantarkan kita untuk menghargai semua kebedaan dan perbendaan. Berpikir rasional menjaga kita dari kepercayaan tanpa alasan. Sedangkan daya imajinasi membuat kita bisa menghubungkan apa-apa yang dibicarakan orang lain dengan apa yang kita bicarakan dan kita lakukan (Tobucil, 2009). Tinjauan tentang Metode Dialog Strategi penyampaian (delivery strategy) adalah metode untuk mcnyampaikan pembelajaran kepada siswa. Gagne, dkk (1992:32) menyatakan bahwa strategi penyampaian adalah "everything necessary to allow a particular instructional system to operate as it was intended and where it was intended". Strategi penyampaian pembelajaran mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran, dan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan strategi, sumber belajar merupakan suatu komponen yang penting.
Sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis yaitu: : pesan, orang, bahan, alat,teknik, dan latar.
1)      Pesan/massage/isi adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Dalam konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi yang sedang dipelajari.
2)      Orang adalah semua personil yang terlibat dalam pencarian, pengolahan penyimpanan dan penyaluran pesan. Contohnya adalah guru (guru, dosen, guru, instruktur, tutor), siswa dan lainnya.
3)      Bahan adalah barang-barang yang disebut sebagai perangkat lunak (software) yang berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Bahan berfungsi menyimpan pesan sebelum disalurkan menggunakan alat yang dirancang. Bahan ini sering disebut sebagai sumber belajar (software) atau perangkat lunak. Contohnya adalah buku, modul, majalah, bahan ajar terprogram, transparansi, film, VCD, atau pita audio.
4)      Alat adalah barang-barang yang disebut perangkat keras (hardware), yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan tadi. Contohnya adalah slide film proyektor, LCD, OHP, monitor TV, monitor komputer, kaset recorder, pesawat radio dan lain-lain.
5)      Teknik adalah prosedur yang utuh/lengkap atau pedoman langkah-langkah yang disiapkan untuk menyampaikan pesan/isi dengan menggunakan bahan, alat, orang, dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi. Contohnya: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kclompok, simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya.
6)      Latar atau lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran. Latar ini dibedakan atas dua jenis yaitu lingkungan yang berbentuk fisik dan non fisik.                                                 
14
Contohnya adalah: a. lingkungan fisik yaitu gedung sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, studio, ruang rapat, museum, taman, dan sebagainya.
      Lingkungan non fisik yaitu tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca, dan sebagainya.Degeng (1997) mengatakan bahwa sumber belajar pembelajaran mencakup semuasumber yang (mungkin) dapat digunakan oleh siswa agar terjadi perilaku belajar. Di sinidapat diartikan bahwa sumber belajar melebihi bidang audio visual tradisional danmenjangkau bidang teknologi pembelajaran masa sekarang dan masa yang akan datang.Membatasi ruang lingkup sumber belajar membawa konsekuensi, membatasi alat yangtersedia bagi pembelajaran. Sebaliknya dengan memandang bahwa semua sumbermempunyai potensi sebagai sumber belajar, akan meningkatkan penggunaan sarana/alatyang tersedia untuk keperluan belajar/pembelajaran.

Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a.       sumber belajar yang direncanakan (by design).
b.      sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization)

b)     Model Sosiodrama/Bermain
Peran Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yangmengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan seringdisilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalahsuatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan,pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berartimemegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai Lurah, penjudi,nenek tua renta dan sebagainya. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yangmerupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosialtersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, Melalui metode ini guru inginmengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yangpaling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikutipenuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpinsosiodrama.
Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikanpendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian diambil kesimpulan. Dalam diskusi kemungkinan terjadi diskusi yang seru karena adanya perbedaan pendapat.Timbul pertanyaan, apakah dalam keadaan yang sebenamya mereka juga berani berkatademikian? Sampai dimanakah manusia dapat mengambil kesimpulan atau keputusan yang samaapabila dalam situasi yang menekan. Permainan peranan ini menimbulkan sejumlah masalahyang perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan mereka dapat diperkuat oleh pengalaman yangrealistis itu.
Bila metode ini dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapatdipetik, sebagai metode cara ini :
(1)   Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, sehingga dapat mempertajam imajinasi, hal mana tidak selalu terjadi dalam metodeceramah atau diskusi.
(2)   Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi merekajuga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia,seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikutmenangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
(3)   Siswa dapatmenempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang oranglain. Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana akanmenjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan tujuan yang dicapai, atauguru memilih metode ini walaupun sebenarnya kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadiguru tidak menyadari pentingnya langkah langkah dalam metode ini. Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama/Bermain Peran.
Kelebihan:
ü  Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi)           15
ü  Memupuk kerjasama antara siswa.
ü  Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
ü  Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
ü  Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
ü  Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat.
Kelemahan:
ü  Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
ü  Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana. (Dikutip dari.
c)     Model Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
ü  . Kelompok cooperative (awal)
a.       Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang.
b.      Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan
c.       Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda dan memhami informasi yang ada di dalamnya.
ü  Kelompok ahli
a.       Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana/tugas yang telah dipersiapkan
b.      Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi asli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya
c.       Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative.
ü  Kelompok cooperative (awal)
a.       Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali kelompok cooperative (awal)
b.      . Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli
c.       Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi.

d)     Model Numbered Heads Together
Dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992), teknik ini memberikan kesempatan kepadasiswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.Teknik ini juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anakdidik.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut;
2.       Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
3.      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini;
4.       Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor panggil, melaporkan hasil kerjasama mereka;
5.      Tanggapan dari kelompok lain; dan
6.      Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

e)     Model Think Pair Share Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat
Dikembangkan oleh FrankLyman dan Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning, . Teknik ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta kekerjasama dengan oranglain, keunggulan adalah optimalisasi partisipasi siswa.                                                                                 16
langkah Pembelajaran Think Pair Share:
ü  Guru membagi siswa dalam kelompok berempat, dan memberikan tugas kepada semua kelompok;
ü  Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang diberikan sendiri;
ü  Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dalam kelompok dan mendiskusikan hasil yang dikerjakan; dan
ü  Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat untuk mendiskusikan kembali hasil pekerjaannya.
f)      Model Pembelajaran Berbasis Masalah- Masalah
Dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugasnyayang tidak ditemuinya diwaktu sebelumnya. Masalah pada umumnya timbul karena adanyakebutuhan untuk memenuhi atau mendekatkan kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisiyang seharusnya. Pemecahan masalah adalah suatu proses menemukan suatu respon yang tepat terhadapsuatu situasi yang benar-benar unik dan baru bagi pemecah masalah. Kemampuan memecahkanmasalah adalah salah satu bentuk kemampuan tingkat tinggi dari hirarki belajar. Dalampengembangan pembelajaran ini pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upayauntuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar sebagai masalahdengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Model pembelajaran berbasis masalah menurut Arnes penggunaannya di dalampengembangan tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah,termasuk pembelajaran bagaimana belajar. Model pembelajaran ini juga mengacu kepadapembelajaran-pembelajaran lain seperti pengajaran berdasar proyek (project base instruction),pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience base instruction), pembelajaran autentik(authentic instruction), dan pembelajaran bermakna.
Pada pembelajaran ini, pembelajar berperanmengajukan permasalahan atau pertanyaan, memberikan dorongan, memotivasi danmenyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan pebelajar. Selain itu pembelajar memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektualpebelajar. Pembelajaran ini banyak menumbuhkankembangkan kreatifitas belajar, baik secaraindividual maupun secara kelompok. Hampir setiap langkah menuntut keaktifan pebelajar,sedangkan peranan pembelajar lebih banyak sebagai stimuli, membimbing kegiatan pebelajar,dan menentukan arah apa yang harus dilakukan oleh pebelajar. Keberhasilan model pembelajar berdasar masalah sangat tergantung pada adanya sumberbelajar bagi pebelajar, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanyaperlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh darilapangan, serta kemampuan pembelajar dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
Beberapa kelebihan penggunaan pembelajaran berbasis masalah diantaranya:
a)      Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukankonsep tersebut;
b)      Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilanberpikir pebelajar yang lebih.
c)      Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yangdimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna;
d)      Pebelajar dapat merasakanmanfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengankehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahanyang dipelajari;
e)      Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasidan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar; dan
f)       Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadappembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat diharapkan.
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Arends*, pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama.Berikut kelima langkah yang dimaksud:
1.      Mengorientasikan pebelajar pada masalah
2.      Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
3.      Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja                                                                                    17
5.      Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Berikut ini dibahas secara rinci 5 langkah pembelajaran berbasis masalah. Mengorientasikan pebelajar pada masalah Pada awal pembelajaran berbasis masalah, pembelajar terlebih dahulu menyampaikansecara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, danmenjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Bagi pebelajar pemula yang belumpernah mengikuti pada pengajaran berdasar masalah, pembelajar juga harus menjelaskan prosesdan prosedur model pembelajaran secara mendalam. Selanjutnya pembelajaran melakukanorientasi masalah hingga masalah muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar. Berdasarkanmasalah tersebut pebelajar dilibatkan secara aktif memecahkannya, menemukan konsep, prinsip-prinsip, dan seterusnya dalam mata kuliah difusi inovasi pendidikan.Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar Pembelajaran berbasis masalah memerlukan keterampilan pengembangan kolaborasidiantara pebelajar dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-sama. Hal inimerupakan bantuan merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain ituperlu adanya kelompok belajar. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan didalammengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran berdasar masalah yaknipebelajaran dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelaminsesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan, pembelajar dapatmembuat tanda kelompok. Pada suatu waktu pembelajar dapat membagi kelompok tersebutsesuai dengan kesepakatan bersama antara pebelajar dan pembelajar. Sedang bagian lain merekadapat memecahkan masalah sendiri secara individual.Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berkelompok atau dalam kelompok kecil yangmerupakan inti model pembelajaran berdasar masalah. Walaupun setiap situasi masalahmemerlukan sedikit perbedaan teknik penyelidikan, paling banyak meliputi proses pengumpulandata dan eksperimen, hipotesis, penjelasan dan pemberian penyelesaian. Pada tahap inipembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampaimereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalah. Tujuannya adalah agar pebelajar dapatmengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Pada tahap inipembelajaran harus banyak membaca selain apa yang telah ada dalam bahan ajar. Pembelajarmembantu pebelajar dalam pengumpulkan informasi dari beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk mendeteksi pemahaman mereka tentang masalah dan konsepyang ditemukan serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk menemukan pemecahan masalah.Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan pemahamanpebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil kerjatemannya. Berdiskusi, berdialog, bahkan berdebat memberi komentar terhadap pemecahanmasalah yang disajikan. Dalam hal ini pembelajar mengarahkan, memberi pandangan atastanggapan-tanggapan pebelajar tetapi tidak memerankan sebagai nara sumber sebagai justifikasi.Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Tahap akhir pembelajaran berdasar masalah meliputi bantuan pada pebelajar menganalisadan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan keterampilanintelektual yang mereka gunakan didalam pencapaian hasil pemecahan masalah. Selama tahapini, pembelajar menugasi pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan mereka padasetiap tahap pembelajaran.
Prosedur Pembelajar Berbasis MasalahLangkah Kegiatan PembelajarOrientasi masalah Menginformasikan tujuan pembelajaran Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah Mendorong pebelajar mengekspresikan ide-ide secara terbukaMengorganisasikan Membantu pebelajar menemukan konsep berdasar masalahpebelajar untuk belajar Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar pebelajar aktif (CBPA) Menguji pemahaman pebelajar atas konsep yang ditemukanMembantu menyelidiki Memberi kemudahan pengerjaan pebelajar dalamsecara mandiri atau mengerjakan/menyelesaikan masalahkelompok Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas Mendorong dialog, diskusi dengan teman Membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah Membantu pebelajar merumuskan hipotesis Membantu pebelajar dalam memberikan solusiMengembangkan dan Membimbing pebelajar mengerjakan lembar kegiatan pebelajarmenyajikan hasil kerja (LKP) Membimbing pebelajar menyajikan hasil kerjaMenganalisa dan Membantu pebelajar mengkaji ulang hasil pemecahan masalahmengevaluasi hasil Memotivasi pebelajar untuk terlibat dalam pemcahan masalahpemecahan Mengevaluasi materi.
18
Rangkuman Strategi pembelajaran mengacu pada penetapan pengorganisasian materi, penyampaianmateri, dan pengelolaan pembelajaran Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, diawali dengan penetapanvariabel metode. Variabel metode diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
     (1) strategipengorganisasian (organizational strategy),
     (2) strategi penyampaian (delivery strategy),
     (3)strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian pembelajaran mengacukepada suatu tindakan seperti pemilihan urutan isi, pembuatan sintesis, dan pembuatanrangkuman. Strategi penyampaian pembelajaran mengacu kepada cara-cara yang dipakai untukmenyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan strategi pengelolaan pembelajaran mengacukepada upaya menata penjadualan penggunaan strategi, catatan kemajuan belajar siswa,motivasional, dan kontrol belajar. Model pembelajaran, investigasi kelompok, analisis sosial, analisis nilai, pencapaiankonsep, dialog ala Socrates, sosidrama/bermain peran, jigsaw, numbered heads together, thinkpair share, dan pembelajaran berbasis masalah, merupakan sebagian dari model pembelajaranyang berkembang dewasa ini. Para guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang lainsesuai dengan kemampuannya. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui diantaranya:
a.       Interaktif Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengansiswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkankemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b.      Inspiratif Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memung-kinkan siswa untukmencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinyasndiri, sebab pengetahuan pada dasar-nya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjekbelajar.
Menyenangkan Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaranmenyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaanpembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan modelpembelajaran, media dan sum-ber-sumber belajar yang relevan.d. Menantang Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkankemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
1.       Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa belajar.

2.        Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
3.        Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum merupakan  rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang jauh sebelumnya sudah ada.
4.        Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
5.       Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning – PBL)
19
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning – PBL) merupakan pembelajaran yang mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama mereka mengerjakannya. Guru memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.



























3
20
BAB III
PENUTUP
A.         Kesimpulan.
1. Strategi dan Model Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut

B.         Saran
1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.















21
DAFTAR  PUSTAKA
Baharudin,H.2009.Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis terhadap    Fenomena.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.
DR. C. Asri Budi Ningsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta
http://embun-putih.blogspot.com, 2009)
http://pakguruonline.pendidikan.net/, 2009)7
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Purwanto, Ngalim. 2010 . Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.


















5
22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar